Semoga tulisan ini dapat membantu sa'at menikmati film di layar lebar di
bioskop pada umumnya dan khususnya di IMAX. Selain ukuran layar,
keluasan sudut pandang juga ditentukan posisi relatif antara posisi
duduk penonton dengan layar bioskop. Tentu layar yang besar memerlukan
gambar resolusi tinggi.
[in English at ]
MATA
Pertama-tama kita lihat dahulu karakteristik cakupan sudut pandang mata manusia (lihat diagram di atas):
Secara alami, mata manusia aktif mengarahkan lensa bola mata ke benda-benda yang menarik perhatian. Bisa dikatakan cakupan penglihatan 120° adalah extra pandangan yang berfungsi sebagai "radar visual" . Sehingga manusia dapat mengetahui lebih awal benda-benda di sekitar atau bahaya yang akan mendekat atau hanya memantau lebih luas apa yang ada dihadapi. Selanjutnya otot mata mengarahkan bola mata agar menatap suatu benda yang menarik perhatian sehingga masuk ke area symbol recognition.
Semakin terfokus ketika mengamati dan menatap sesuatu dalam wilayah symbol reconginiton, maka pikiran manusia akan semakin mengabaikan informasi-informasi visual pada cakupan padangan yang luas (meskipun masih terlihat). Ini alasan larangan mengetik-SMS ketika menyetir mobil, konsentrasi visual sudah beralih dari jalan ke layar smartphone, meskipun arah jalan mobil masih terlihat oleh pengemudi.
IMAX
Seperti dalam diagram, ukuran layar IMAX classic berusaha untuk memenuhi cakupan terluas dari pandangan mata manusia. Di gedung IMAX terbesar di LG theater, Sydney atau Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah, jika kita duduk di sweetspot dan menatap ke tengah layar maka hampir sulit untuk dapat merasakan tepi layar. Layar serasa tanpa tepi (frameless) kecuali jika kita melirik ke pinggir layar. Aspect ratio layar IMAX atau nyaris kotak bujur sangkar, sehingga pandangan atas-bawah juga terpenuhi oleh layar.
[tambahan: di IMAX dome, yaitu layar IMAX berbentuk kubah besar, kita mesti menoleh untuk melihat tepi layar]
Awalnya film IMAX dirancang untuk pemutaran film dokumenter bedurasi di bawah satu jam (umumnya 45 menit). Pembuat film IMAX mengerti betul bahwa filmnya akan diputar di layar besar IMAX dimana pusat perhatian mata manusia hanya dibawah sudut 60° saja. Sehingga ciri khas dari film dokumenter berformat IMAX, a.l:
Bioskop Biasa (Regular Theater)
Dari perbadingan diagram di atas, luas layar nyaris sama center eyesight kecuali lebar layar lebih luas dari pada pada center eyesight. Ini karena di bioskop biasa memilih aspect ratio 2:35;1 yang melebar ke samping namun tentu sudah lebih luas dari symbol recognition. Oleh sebab itu, kita tetap perlu melirik jauh untuk membaca teks (subtitle) atau mesti melirik kiri-kanan dan sebaliknya jika ada dua aktor atau aktris dengan posisi salng berseberangan pada kiri dan di kanan layar. Di bioskop biasa masih memungkinkan adegan close up untuk mempertegas ekspresi wajah pemain.
Yup, tentu saja anda bisa merasakan sensasi menonton di IMAX jika duduk di baris depan. Namun mesti diingat bahwa pembuat film kebanyakan tidak mempersiapkan filmnnya untuk dilihat dengan sudut pandang yang luas (duduk dekat layar). Kecuali film-film kolosal, dimana masih cukup banyak adegan-adegan landscape dan medium shot. Tentunya, ini juga tergantung kualitas resolusi proyektor di bioksop. Beberapa gedung bioskop dan kualitas proyektor tidak cukup bagus, sehingga pada jarak dekat menjadikan gambar malah terlihat kurang tegas detil-detilnya. Kisi-kisi (lubang kecil) mulai terlihat pada layar. Lubang-lubang kecil tersebut untuk meloloskan suara dari loudspeaker yang terpasang di balik layar.
IMAX DMR
DMR (Digital Media Remastering) adalah teknologi untuk meningkatkan resolusi film untuk bioskop biasa menjadi film IMAX. Hasilnya resolusi gambar dapat 'diterima' dan diputar di layar besar IMAX yang bersudut pandang lebih lebar. Ini mungkin menjadikan kebingungan melihat film panjang di IMAX. Pada awal-awalnya, film-film biasa yang dikonversi ke IMAX DMR masih mengikuti pakem atau gaya film IMAX, yaitu tidak ada extrem close up selain medium shot dan landscape, pegerakan kamera yang halus dan satu arah. Namum beberapa film yang ditingkatkan menjadi IMAX via DMR masih memiliki style film untuk bioskop biasa. Ini yang membuat beberapa film DMR tidak begitu nyaman ditonton di IMAX selain membuat penonton pusing (karena kamera shaking) juga menjadi sulit mengikuti ceritanya. Keseluruhan bidang layar masih dipakai oleh pembuat film sebagai pusat perhatian visual cerita, namun kenyataannya penonton malah kesulitan melihat keseluruhan permukaan layar. Jika berencana menonton film seperti ini di IMAX (setelah membaca resensi film tentunya), tidak ada cara lain selain memilih kursi paling belakang dalam gedung bioskop IMAX.
[kamera bergetar (shaking) dipakai beberapa sutradara untuk mendramatisir adegan seolah-olah realistis sedang diliput 'live' oleh gaya kameraman reportase TV atau handycam]
Daftar film IMAX DMR ada di:
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_IMAX_DMR_films
IMAX Digital
Tidak membahas banyak tentang IMAX digital di sini. IMAX digital masih "berusaha" mendekati resolusi gambar IMAX classic yang masih memakai film celulloid 70mm. Ketika beberapa tahun lalu, saya menonton IMAX dari format digital tidak dapat ditampilkan penuh pada seluruh permukaan layar IMAX classic. Jika dipaksakan masih terlihat pixel gambar. Film IMAX digital sa'at ini hanya cocok bila ditonton di bioskop IMAX digital saja. Memang, ukuran layar bioskop IMAX digital (tinggi x lebar: 8.5 m x 18 m) hanya separuh dari ukuran layar IMAX classic (rata2 ukuran layar sekitar 20m x 26m, layar IMAX terbesar memiliki ukuran 29m x 35m).
Kompromi IMAX (classic/digital) dan IMAX DMR
Sejumlah sutradra film telah sukses menggabungkan dua format film dalam satu film cerita untuk diputar di layar IMAX. Mereka menggabungkan format IMAX dengan IMAX DMR, seperti Batman (Dark Knight), Mission Impossible, Interstellar. Di tengah-tengah film, beberapa adegan memakai kamera IMAX sehingga akan terasa ada perbedaan aspect ratio. Sebagian besar adegan yang diambil dengan kamera biasa, maka pada layar IMAX tidak terlihat penuh (ada bidang hitam pada bagian atas dan bawah layar IMAX), sa'at masuk ke adegan yang diambil dengan memakai kamera IMAX, maka layar memenuhi semua bidang layar. Tentu saja perbedaan aspect ratio tidak akan dijumpai jika film yang sama ditonton pada gedung bioskop biasa, karena extra gambar IMAX sudah disesuaikan (cropping) dengan format layar gedung bioskop biasa.
Ok, selamat menikmati film di layar BESAR. :)
informasi lebih lanjut ttg IMAX
https://www.imax.com/about/
http://en.wikipedia.org/wiki/IMAX
http://ieee.ca/millennium/imax/imax_birth.html
http://www.digitaltrends.com/home-theater/imax-looking-punier-days-just/
https://teksyndicate.com/forum/anime-movies-tv/interstellar-70mm-imax-update/188251
facebook
[in English at ]
MATA
Pertama-tama kita lihat dahulu karakteristik cakupan sudut pandang mata manusia (lihat diagram di atas):
- Sudut pandang visual manusia cukup lebar menghadap ke depan yaitu 120° horizontal (kiri-kanan) dan vertikal (atas-bawah, pandangan lebih luas ke arah bawah dari pada ke atas). Lihat pada gambar diperlihatkan sebagai Limit of Visual Field atau batasan cakupan pengelihatan manusia digambarkan sebagai lingkaran paling luar.
- Meski luas pandang visual mencapai 120°, tapi pusat perhatian (center eyesight) manusia hanya dibawah 60° saja (digambarkan sebagai lingkaran yang kedua di dalam lingkaran besar)
- Manusia mampu mengenal simbol (huruf, tulisan, angka dan lainnya) hanya dalam sudut pandang yang lebih kecil, yaitu di bawah 30° saja (digambarkan sebagai lingkaran kecil putih ditengah-tengah). Sehingga jika ada simbol yang berada di luar 30°, akan sulit untuk terbaca namun sudah mengetahui dengan pasti keberadaannya.
Secara alami, mata manusia aktif mengarahkan lensa bola mata ke benda-benda yang menarik perhatian. Bisa dikatakan cakupan penglihatan 120° adalah extra pandangan yang berfungsi sebagai "radar visual" . Sehingga manusia dapat mengetahui lebih awal benda-benda di sekitar atau bahaya yang akan mendekat atau hanya memantau lebih luas apa yang ada dihadapi. Selanjutnya otot mata mengarahkan bola mata agar menatap suatu benda yang menarik perhatian sehingga masuk ke area symbol recognition.
Semakin terfokus ketika mengamati dan menatap sesuatu dalam wilayah symbol reconginiton, maka pikiran manusia akan semakin mengabaikan informasi-informasi visual pada cakupan padangan yang luas (meskipun masih terlihat). Ini alasan larangan mengetik-SMS ketika menyetir mobil, konsentrasi visual sudah beralih dari jalan ke layar smartphone, meskipun arah jalan mobil masih terlihat oleh pengemudi.
IMAX
Seperti dalam diagram, ukuran layar IMAX classic berusaha untuk memenuhi cakupan terluas dari pandangan mata manusia. Di gedung IMAX terbesar di LG theater, Sydney atau Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah, jika kita duduk di sweetspot dan menatap ke tengah layar maka hampir sulit untuk dapat merasakan tepi layar. Layar serasa tanpa tepi (frameless) kecuali jika kita melirik ke pinggir layar. Aspect ratio layar IMAX atau nyaris kotak bujur sangkar, sehingga pandangan atas-bawah juga terpenuhi oleh layar.
[tambahan: di IMAX dome, yaitu layar IMAX berbentuk kubah besar, kita mesti menoleh untuk melihat tepi layar]
Awalnya film IMAX dirancang untuk pemutaran film dokumenter bedurasi di bawah satu jam (umumnya 45 menit). Pembuat film IMAX mengerti betul bahwa filmnya akan diputar di layar besar IMAX dimana pusat perhatian mata manusia hanya dibawah sudut 60° saja. Sehingga ciri khas dari film dokumenter berformat IMAX, a.l:
- Sangat jarang sekali terdapat adegan sangat dekat (extrem close up) pada wajah pemain (sehingga memenuhi layar), umumnya adegan paling dekat adalah medium shot, yaitu aktor/aktris terlihat paling dekat pada separuh badan pemain. Pemakaian lensa sudut lebar hingga lensa mata ikan (fish eye lens) kerap dipakai dalam film-film dokumenter di IMAX. Pemandangan (landscape) terlihat luas di layar IMAX. Jika dibandingan dengan film khusus untuk TV (misalnya telenovela/soap opera), akan terlihat begitu banyak adegan close up wajah, ini untuk memperjelas ekspresi wajah pemain pada layar TV yang ditonton dengan sudut pandang 30°. Sebaliknya film-film khusus TV jarang menonjolkan adegan pemandangan yang luas, karena akan sulit dapat melihat detil-detil di layar kaca TV.
- Pergerakan kamera pada film IMAX sangat dijaga dan teratur, agar tidak terlihat kamera bergetar (shaking). Ini menghindari penonton menjadi mual /pusing. Jika ada pergerakan kamera yang cepat dibuat satu arah, misal ke depan, ke kanan atas dll. Ini kelebihan IMAX: ketika adegan terbang maju menuju tepi jurang, kita akan terasa "ikut' gamang melihat jurang menganga lebar dihadapan. Gerakan maju cepat terasa ikut maju. Efek ini disebut "sensation of motion", sensasi ini hanya dapat dirasakan jika informasi visual diterima oleh mata dalam cakupan luas. Sensasi ini tidak akan dirasakan jika menonton di layar kecil dibawah 60°. Karena pada sudut pandang di antara 60° ~120° tidak memberikan informasi visual yang serupa (bergerak) kecuali yang terlihat adalah perabot-perabot di ruang keluarga jika menontonya pada layar TV. (Tentu saja sudut pandang menonton TV dapat dibuat 100° dengan cara melihat sedekat mungkin ke layar TV atau ditampilan dengan proyektor multimedia. Namun, sayangnya resolusi TV dan film-film untuk hiburan rumah (home theater) tidak mampu menampilkan tingkat kedetilan tinggi seperti di IMAX, bukan. Jikapun dilihat dengan jarak dekat maka yang akan mulai terlihat adalah pixel-pixel gambar)
Bioskop Biasa (Regular Theater)
Dari perbadingan diagram di atas, luas layar nyaris sama center eyesight kecuali lebar layar lebih luas dari pada pada center eyesight. Ini karena di bioskop biasa memilih aspect ratio 2:35;1 yang melebar ke samping namun tentu sudah lebih luas dari symbol recognition. Oleh sebab itu, kita tetap perlu melirik jauh untuk membaca teks (subtitle) atau mesti melirik kiri-kanan dan sebaliknya jika ada dua aktor atau aktris dengan posisi salng berseberangan pada kiri dan di kanan layar. Di bioskop biasa masih memungkinkan adegan close up untuk mempertegas ekspresi wajah pemain.
Yup, tentu saja anda bisa merasakan sensasi menonton di IMAX jika duduk di baris depan. Namun mesti diingat bahwa pembuat film kebanyakan tidak mempersiapkan filmnnya untuk dilihat dengan sudut pandang yang luas (duduk dekat layar). Kecuali film-film kolosal, dimana masih cukup banyak adegan-adegan landscape dan medium shot. Tentunya, ini juga tergantung kualitas resolusi proyektor di bioksop. Beberapa gedung bioskop dan kualitas proyektor tidak cukup bagus, sehingga pada jarak dekat menjadikan gambar malah terlihat kurang tegas detil-detilnya. Kisi-kisi (lubang kecil) mulai terlihat pada layar. Lubang-lubang kecil tersebut untuk meloloskan suara dari loudspeaker yang terpasang di balik layar.
IMAX DMR
DMR (Digital Media Remastering) adalah teknologi untuk meningkatkan resolusi film untuk bioskop biasa menjadi film IMAX. Hasilnya resolusi gambar dapat 'diterima' dan diputar di layar besar IMAX yang bersudut pandang lebih lebar. Ini mungkin menjadikan kebingungan melihat film panjang di IMAX. Pada awal-awalnya, film-film biasa yang dikonversi ke IMAX DMR masih mengikuti pakem atau gaya film IMAX, yaitu tidak ada extrem close up selain medium shot dan landscape, pegerakan kamera yang halus dan satu arah. Namum beberapa film yang ditingkatkan menjadi IMAX via DMR masih memiliki style film untuk bioskop biasa. Ini yang membuat beberapa film DMR tidak begitu nyaman ditonton di IMAX selain membuat penonton pusing (karena kamera shaking) juga menjadi sulit mengikuti ceritanya. Keseluruhan bidang layar masih dipakai oleh pembuat film sebagai pusat perhatian visual cerita, namun kenyataannya penonton malah kesulitan melihat keseluruhan permukaan layar. Jika berencana menonton film seperti ini di IMAX (setelah membaca resensi film tentunya), tidak ada cara lain selain memilih kursi paling belakang dalam gedung bioskop IMAX.
[kamera bergetar (shaking) dipakai beberapa sutradara untuk mendramatisir adegan seolah-olah realistis sedang diliput 'live' oleh gaya kameraman reportase TV atau handycam]
Daftar film IMAX DMR ada di:
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_IMAX_DMR_films
IMAX Digital
Tidak membahas banyak tentang IMAX digital di sini. IMAX digital masih "berusaha" mendekati resolusi gambar IMAX classic yang masih memakai film celulloid 70mm. Ketika beberapa tahun lalu, saya menonton IMAX dari format digital tidak dapat ditampilkan penuh pada seluruh permukaan layar IMAX classic. Jika dipaksakan masih terlihat pixel gambar. Film IMAX digital sa'at ini hanya cocok bila ditonton di bioskop IMAX digital saja. Memang, ukuran layar bioskop IMAX digital (tinggi x lebar: 8.5 m x 18 m) hanya separuh dari ukuran layar IMAX classic (rata2 ukuran layar sekitar 20m x 26m, layar IMAX terbesar memiliki ukuran 29m x 35m).
Kompromi IMAX (classic/digital) dan IMAX DMR
Sejumlah sutradra film telah sukses menggabungkan dua format film dalam satu film cerita untuk diputar di layar IMAX. Mereka menggabungkan format IMAX dengan IMAX DMR, seperti Batman (Dark Knight), Mission Impossible, Interstellar. Di tengah-tengah film, beberapa adegan memakai kamera IMAX sehingga akan terasa ada perbedaan aspect ratio. Sebagian besar adegan yang diambil dengan kamera biasa, maka pada layar IMAX tidak terlihat penuh (ada bidang hitam pada bagian atas dan bawah layar IMAX), sa'at masuk ke adegan yang diambil dengan memakai kamera IMAX, maka layar memenuhi semua bidang layar. Tentu saja perbedaan aspect ratio tidak akan dijumpai jika film yang sama ditonton pada gedung bioskop biasa, karena extra gambar IMAX sudah disesuaikan (cropping) dengan format layar gedung bioskop biasa.
Ok, selamat menikmati film di layar BESAR. :)
informasi lebih lanjut ttg IMAX
https://www.imax.com/about/
http://en.wikipedia.org/wiki/IMAX
http://ieee.ca/millennium/imax/imax_birth.html
http://www.digitaltrends.com/home-theater/imax-looking-punier-days-just/
https://teksyndicate.com/forum/anime-movies-tv/interstellar-70mm-imax-update/188251
Komentar