[ditulis ulang dari Note di Facebook - 7 Jan 2015]
Kerap dijumpai pada ceramah, khotbah atau suatu diskusi dimana seseorang mencoba menyakinkan anda bahwa "otak manusia sangat terbatas" dan tidak mungkin bisa memikirkan hal-hal "itu" (umumnya ketika membahas hal-hal yang belum terjawab "tuntas" oleh sains atau mengenai ilmu "baru" yang kemungkinan bertentangan dengan pemahaman umum, misal: teori big bang, teori evolusi, penjelajahan angkasa luar, partikel Higgs, kloning dll). Memang ada benarnya bahwa kemampuan otak manusia terbatas jika dibandingkan dengan mesin (komputer super, misalnya). Namun perlu diingat (lih. diagram 1) bahwa manusia mampu mengatasi keterbatasan-keterbatasannya, karena manusia adalah:
- Mahluk sosial, networking, mampu berbagi ide antar manusia untuk mencari solusi progresif.
- Mahluk efektif memakai "perkakas" (hard/soft tool) yang dibuat oleh manusia sendiri
Selanjutnya setiap temuan baru dijadikan dasar acuan/pengetahuan yang akan dipakai generasi umat manusia berikutnya. Berikut ini hanya sebagai ilustrasi saja dari tulisan di atas, "manusia" dan "terbang". Jika saja dapat mengirim pesan dua kata tersebut kepada manusia abad pertengahan dan sebelumnya, maka kemungkinan besar akan terbayangkan oleh mereka adalah manusia bersayap bulu seperti burung. Karena pengamatan mereka masa itu hanya burung (bersayap bulu dan/atau mengepakkan sayap) adalah mahluk yang mampu terbang di udara. (ngga' heran, jika cerita mitos-mitos lama, selalu menggambarkan mahluk terbang dengan menambahkan sayap burung sebagai anggota tubuh tambahan).
Keinginan lama manusia agar mampu terbang baru tercapai sejak abad terakhir karena usaha mampu 'terbang' ternyata memang memerlukan beragam dasar-dasar pengetahuan dan disusun oleh hasil karya otak manusia sebelumnya:
- dimulai dari melatih berfikir ilmiah,
- membuat alat bantu, seperti mengembangkan cara berhitung presisi, teknik rekayasa hingga ilmu manajemen: agar mampu bekerja sama dengan orang lain lebih efisien dan efektif,
- juga membangun metode pedidikan sehingga generasi muda dan berikutnya dapat menyerap ilmu-ilmu yang telah dibuat lebih cepat dipahami dan berkesinambungan.
Uniknya, manusia generasi terakhir tidak perlu lagi menunggu buah apel jatuh ke kepala (seperti pengalaman Newton) untuk memahami hukum fisika klasik atau mencoba ulang apa yg telah dilkakukan oleh Wright bersaudara. Tetapi cukup mempelajarinya melalui catatan dan sistem pendidikan, baik secara mandiri atau melalui institusi pendidikan. Plus, di era internet sekarang, kita dapat mencari informasi pengetahuan dengan mudah dan kapan saja. Bandingkan sebelum era internet, kita mesti pergi ke perpustakaan atau pusat literatur untuk membaca buku/laporan ilmiah. Tentu saja, seorang ilmuan atau pakar tetap memulai mengisi pengetahuan di otaknya melalui proses pendidikan untuk menyerap terlebih dahulu ilmu-ilmu dasar yang telah dibangun sebelumnya. Sejalan dengan latihan, pengalaman dan interaksi dengan ilmu-ilmu dari orang lain, seorang ilmuan generasi terkini akan menghasilkan penyempurnaan pengetahuan dari sebelumnya dan bahkan menghasilkan penemuan-penemuan baru untuk dipakai umat manusia selanjutnya. Begitu seterusnya, dari generasi ke generasi, sehingga peradaban manusia berkembang hingga sekarang. Sehingga apa yang dulu dianggap tidak mungkin, sekarang telah menjadi kenyataan.
Begitu juga orang awam (bukan berprofesi sebagai ilmuan), di era sekarang sangat mudah untuk belajar dan memahami ilmu-ilmu baru secara cepat meskipun hanya garis besarnya saja, karena begitu banyak informasi dan penjelasan tentang sains dalam bahasa popular dan dibantu audio-visual yang menarik (sesuatu yang tidak mungkin didapat sebelum teknologi informasi berkembang). Jadi tidak perlu mengambil kuliah formal jika hanya untuk mengerti dan memahami secara umum dari pengetahuan-pengetahuan penting asalkan mau rajin mencari dan membaca informasi yang mudah didapatkan dari internet. http://www.iflscience.com/technology/take-college-and-university-courses-online-completely-free
Catatan ini ditujukan kepada siapa saja yang masih mendoktrin diri sendiri atau orang lain bahwa "otak(akal) manusia terbatas". Menyugestikan diri bahwa otak manusia terbatas, hal itu sama saja mengurung diri dalam ketertutupan dan secara tidak sadar telah mematahkan semangat dalam meluaskan pengetahuan dan melatih otak untuk berfikir kritis.
Komentar